Senin, 19 Oktober 2015

Kampung Sex

Kampung Sex | Seo JudiKartu



Cerita sex - Aku menemukan satu kampung unik ini secara kebetulan. Temanku yang bekerja di salah 

satu kementerian suatu hari mengajakku melakukan survey advance. Demikian istilah 

yang sering mereka gunakan untuk mempersiapkan suatu acara seremonial besar. Acara 

yang dipersiapkan adalah “Panen Raya Kedelai”.

Temanku ini bekerja di bagian biro protokol, sehingga tugasnyalah menyiapkan 

segala sesuatu untuk kelancaran acara bagi menteri. Aku dengar malah bukan hanya 

menteri yang akan hadir, tetapi juga Presiden. Aku berdua dengan temanku sebut 

saja namanya Mario meluncur dengan kendaraan dinasnya ke arah Kabupaten Subang. 

Jam 9 pagi kami sudah berada di kantor Kabupaten Subang untuk melakukan koordinasi 

dengan pejabat setempat sekaligus membawa penunjuk jalan untuk menuju lokasi.

Kami sempat rapat sebentar dengan Bupati dan segenap Muspida untuk persiapan acara 

ini. Akhirnya dipersingkat saja ceritanya aku dan Mario serta staf Dinas Pertanian 

Subang sampai di lokasi. Perkampungan yang agak jauh dari jalan raya. Tadi 

kuingat, dari Subang mengarah ke Pamanukan lalu membelok ke arah Timur. Dari jalan 

raya kami melalui jalan perkebunan tebu hampir satu jam baru sampai ke lokasi. 

Tempat yang kami datangi memang menghampar tanaman kedelai.
Tempat acara sudah dipilih oleh pejabat setempat, suatu petak sawah yang 

kedelainya siap dipanen. Selesai meninjau lokasi kami melakukan rapat berlarut-

larut di kantor kelurahan yang baru tuntas sekitar pukul 5 sore.
“Pak menginap di sini saja pak, dari pada harus kembali ke Subang,” kata Lurah. 

Dia lalu memperkenalkan kepada kami kepada seorang wanita dengan umur kitaran 30 

tahun yang memperkenalkan diri bernama Manohara. Dia adalah Sekretaris penggerak 

PKK desa setempat. Mbak Manohara kemudian ikut mobil kami untuk menunjukkan dimana 

kami akan menginap. Manohara membawa kami ke kampung . Mobil berhenti di sebuah 

bangunan yang bagian depannya terdapat warung kopi.
“ Pak mari turun, ini rumah saya,” katanya. Aku dan Mario diajak masuk ke dalam 

rumahnya. Lumayan lega juga di dalam. “Bapak nginap di sini saja, ini ada 3 kamar 

kosong, tapi ya keadaannya sederhana, maklum di desa,” kata Manohara. Kami lalu 

diajak meninjau kamar, seperti kami meninjau kamar hotel. Untuk ukuran desa kamar 

yang dimiliki Manohara cukup lumayan dan bersih. Aku kagum, karena tempat tidurnya 

semua adalah spring bed. Aku jadi bertanya-tanya siapa Manohara, apa kerjanya dan 

mana suami dan anak-anaknya.
Kami setuju dan Manohara mengarahkan agar kami bertiga mengambil kamar sendiri-

sendiri. “Santai saja pak, di sini tidak perlu buru-buru kayak di Jakarta,” kata 

Manohara. Rumah Manohara cukup besar dan sejak aku datang sampai selesai mandi dan 

ngopi aku belum menemukan suaminya atau anak-anaknya. “ Kamu tinggal sama siapa 

mbak, “ tanyaku penuh penasaran. “Sendiri saja pak, paling ya ditemeni sama yang 

kerja di warung itu. Saya sudah tidak punya suami lagi pak, sudah jomblo,” katanya 

genit.
Aku menanyakan kenapa rumahnya punya banyak kamar, seperti hotel. “ O itu biasalah 

pak, sering ada yang nginap, kadang-kadang dari Jakarta juga, mereka kan mau 

rileks di sini,” kata Manohara sambil senyum genit. Ketika Manohara ke belakang 

Pak Maridjan, staf Dinas Pertanian Subang menjelaskan kepada kami bahwa di daerah 

ini kehidupan sangat bebas. Siapa saja yang kita inginkan, baik dia sedang punya 

suami, janda atau masih perawan bisa diajak tidur. Aku jadi berpandang-pandangan 

dengan Mario. Kami berdua memang penjahat kelamin.
Sekembalinya Manohara bergabung dengan kami pak Maridjan tanpa basa basi 

menanyakan ke Manohara mengenai teman tidur yang bisa disediakan malam ini. “ 

Bapak-bapak mau yang model apa, “ tanya Manohara. Agak repot juga menjawab 

pertanyaannya. “ Ya udah nanti pada saya panggilin, bapak-bapak tenang saja, ada 

yang abg ada yang stw,” kata Manohara lalu berlalu. Dia berbicara dengan pembantu 

lakinya yang tidak lama kemudian pembantu itu pergi membawa sepeda motor.
Sekitar 2 jam setelah kami makan malam, kami diajak melihat warung di depan. “ Itu 

pak anak-anaknya, bapak-bapak tinggal pilih saja yang mana itu ada 8 orang yang 

bisa siap malam ini nginap. Aku dan Mario menyapu pandangan ke seluruh cewek yang 

duduk di warung. Cukup lumayan juga. Mario dan Maridjan sudah menentukan pilihan. 

Manohara memanggil mereka yang terpilih. “ Bapak yang mana,” tanya Manohara 

kepadaku. “Wah agak susah juga nih menyebutnya, “ kataku. “ Kenapa pak gak ada 

yang cocok ya, nanti biar dipanggil lagi yang lain, “ kata Manohara. “Nggak bukan 

itu , ndak perlu manggil lagi, tapi saya dari tadi naksir sama yang punya rumah,” 

kataku terus terang. “ Ah bisa aja si Bapak, saya mah udah tua, udah kendor pak, 

takutnya nanti ngecewain,” katanya tersipu malu dengan pandangan genit. “ Ah tapi 

pandangan saya, yang punya rumah yang terbaik dari semua itu,” kataku mulai 

melambungkan pujian.
Manohara lalu memberi kode ke pada pembantunya laki-laki dan kepada perempuan yang 

tidak terpilih satu persatu meninggalkan warung. Maridjan dan Mario langsung 

menggiring pasangannya masuk ke kamar, sementara aku masih ngobrol dengan 

Manohara. Aku banyak mengorek keterangan mengenai kehidupan di kampung ini. 

Menurut Manohara masyarakat di kampung ini bebas terhadap masalah sex.
Dia tidak tahu bagaimana awalnya sampai adat kampung ini demikian. “ Kalau bapak 

tinggal di sini baru bisa merasakan bahwa di sini masyarakatnya ramah dan masalah 

sex bukan hal yang tabu,” katanya. “Tapi bagaimana istri orang kok bisa diajak 

nginep,” tanyaku. “ Disini uang kan susah pak, Kalau istrinya dibooking, berarti 

kan dia dapat duit, seratus duaratus sudah besar di kampung, pak” katanya. “Pak 

Bandar Poker Online Terpercaya - Dewagalau


kita terusin ngobrolnya dikamar saya saja pak,” kata Manohara sambil menggandeng 

tanganku.
Di dalam kamar Manohara melepas semua pakaiannya, BH nya tinggal celana dalam dan 

dia memakai sarung setinggi dada. Dia tidak malu-malu bertelanjang di depan saya. 

Susunya cukup besar dan pahanya juga tebal sekali. Aku tidak perlu menceritakan 

secara rinci bagaimana pertempuranku dengan Manohara. Dia memulai dengan memijat 

seluruh tubuhku lalu mengoral dan akhirnya kami mengayuh birahi. Permainannya 

cukup trampil dan tempeknya bisa dia mainkan sehingga penisku seperti di pijat-

pijat. Kami bermain dua ronde lalu tertidur lelap sampai pagi.
Pagi-pagi Manohara sudah menyiapkan nasi goreng dengan telur mata sapi serta dua 

telur ayam kampung setengah matang untuk kami masing-masing. Aku merasakan 

ketenangan dan kedamaian di desa yang teduh. Hari ini aku dan Mario melanjutkan 

rapat koordinasi untuk ancara Panen Raya Kedelai. Soal apa yang kukerjakan kurang 

menarik untuk diceritakan, tetapi, ketika semua rampung sekitar pukul dua siang 

kami berdua kembali ke rumah Manohara. Pak Maridjan kembali ke Subang.
Manohara menyambut kami, kami mengobrol sebentar. Saat Mario ke kamar mandi, Sofei 

mendekatiku, “ Pak ada janda baru cerai masih muda, anaknya cantik, saya lagi 

suruh dia di bawa kemari,” kata Manohara. Aku sebenarnya agak rikuh, karena 

semalam sudah menunggangi Manohara. Untuk berpindah ke lain hati sepertinya saya 

tidak punya perasaan. Tapi, si Manohara yang menawarkan. “Begitu bebaskah 

pergaulan di desa ini sehingga tidak ada rasa memiliki,” batinku. Tidak lama 

kemudian datang 2 sepeda motor.
Manohara menyambut dan menggandeng salah seorang yang lalu diperkenalkan kepadaku. 

Gadis yang masih kelihatan masih sangat remaja itu disuruh duduk disampingku. 

Kuakui dia memang cukup cantik dan seksi. Yang seorang lagi juga seimbang 

cantiknya, tetapi tubuhnya lebih pendek, dan dia dijodohkan ke Mario. Manohara 

tanpa basa-basi membuka omongan dengan memperkenalkan gadis yang disebelahku 

bernama Yaya, janda baru 3 bulan dan cewek Mario Mimin belum pernah kawin tapi 

sudah janda.
Selama 3 hari kami menginap di rumah Manohara, aku puas karena setiap malam 

berganti-ganti pasangan. Setelah pekerjaan Mario selesai dan dia harus kembali ke 

Jakarta, aku masih bertahan di desa itu. Selama seminggu aku memuaskan fantasi sex 

ku dikampung sex bebas ini. Kehadiranku di situ, rupanya cepat diketahui peduduk 

kampung. Warung Manohara jika sudah sore sekitar jam 5 sering didatangi cewek-

cewek. Mereka sengaja datang untuk aku pilih menjadi teman tidurku.
Kegilaanku makin mejadi-jadi, karena aku mencoba berbagai tipe, dari mulai yang 

gendut, kurus, muda , STW dan berbagai tipe. Suatu hari aku digamit Manohara, “ 

Pak itu ada orang nawarin anaknya yang masih perawan, bapak berminat gak. Aku 

melepas pandangan ke warung, terlihat seorang ibu didampingi gadis kecil. Kutaksir 

umurnya masih dibawah 15 tahun. Aku jadi penasaran ingin pula mencoba perawan 

kampung. Aku setuju dan harga yang ditawarkan ternyata juga tidak terlalu tinggi. 

Gadis kecil itu digandeng Manohara masuk ke ruang tamu lalu dia menyuruh 

menyalamiku.
Buset masih kecil sekali. Teteknya memang sudah nyembul, tetapi masih kecil 

sekali. Anaknya duduk disampingku menunduk malu diam saja. Aku berusaha mengorek 

informasi ternyata umurnya baru 13 tahun, baru lulus SD.” Kamu benar berani tidur 

dengan saya,” tanyaku. Dia menjawab dengan anggukan saja. “Sudah pernah pacaran,” 

tanyaku. Dia menggeleng. “Sudah pernah dicium laki-laki,” tanyaku lagi. Dia 

menggeleng lagi. Aku lantas bertanya dalam hati apa aku sanggup memerawani anak 

sekecil ini.
Bukan soal menusukkan penis ke tempeknya, tetapi mengolahnya bagaimana ? Aku 

berdiri dan menarik Manohara. Kami berbicara di dalam. Intinya aku minta bantuan 

Manohara untuk mengajari anak ini memuaskan laki-laki. Manohara terdiam, tampaknya 

dia berpikir sebentar. “ Emang kenapa kok pakai perlu dituntun, tancep aja kan 

sudah, kan anaknya juga sudah pasrah,” kata Manohara. Aku lalu menjelaskan ke 

Manohara bahwa anak sekecil itu belum bisa membayangkan kejadian seperti apa yang 

bakal dia alami ketika berdua dengan laki-laki. Aku minta Manohara melakukan 

kursus singkat mempersiapkan dia agar benar-benar siap.
Bukan hanya itu, Manohara juga harus ikut di dalam kamar menunjukkan contoh dan 

cara meladeni laki-laki. Mungkin ini adalah pengalaman pertama bagi Manohara 

memberi training sex sampai pada praktek. Aku pun baru pertama kali ini menghadapi 

perempuan kecil. Jiwa petualanganku lah yang mendorong aku ingin mencicipi daun 

muda. Manohara akhirnya paham. Dia lalu menarik anak itu dan kelihatannya dia 

diminta membantu-bantu Manohara. Aku memang mencadangkan energi untuk eksekusinya 

nanti malam sekitar jam 10. Sekarang baru jam 5 sore.
Manohara punya waktu 5 jam untuk mempersiapkan anak itu sebelum ditikam. Sementara 

itu aku memanfaatkan waktu senggang dengan beristirahat tidur dulu mempersiapkan 

stamina. Selama ini setiap malam aku bertempur minimal 3 ronde. Jam 8 malam aku 

dibangunkan Manohara untuk makan malam. Aku duduk di meja makan. Kulihat Manohara 

mengajari Gita, demikian namanya untuk meladeniku makan. Ia mengambilkan piring, 

lalu menyendokkan nasi, mengambilkan lauknya lalu menyerahkan ke aku.
Setelah itu dia makan disampingku. Pembawaannya kelihatan masih canggung, malu 

menunduk terus, tidak bicara kalau tidak ditanya. Gita cukup ayu, kulitnya agak 

gelap, rambutnya sebahu lebih sedikit. Rambutnya kelihatan masih belum begitu 

kering, sekelebat memancarkan bau harum. Tadi ketika baru datang terasa bau anak 

kampung, dan rambutnya samar-samar bau minyak kelapa. Manohara kelihatannya 

membersihkan dan mempersiapkan Gita sebelum aku santap nanti malam.
Selesai makan kami ngobrol sambil menonton TV. Sekitar sejam kemudian kami 

digiring Manohara memasuki kamar. Setelah di dalam kamar, Manohara mengajak Gita 

keluar lagi. Aku berganti celana pendek dan kaus oblong lalu berbaring di tempat 

tidur. Tidak lama kemudian Manohara dan Gita masuk. Mereka berdua sudah berkemben 

sarung. Aku diminta Manohara membuka kaus dan tidur telungkup. Manohara mengajari 

Gita memijati seluruh tubuhku. Pijatannya tidak terasa, tekanannya terlalu ringan.
Aku maklum sajalah, karena dia masih kecil dan mungkin baru pertama kali memijat 

laki-laki dewasa. Berrkali-kali Manohara memberi instruksi cara memijat. Setelah 

seluruh bagian belakang badanku dipijat, aku diminta telentang. Manohara mengajak 

Gita membuka sarungnya. Mereka berdua lalu bugil setengah badan. Tetek Manohara 

besar bergayut-gayut, sementara susu Gita masih kecil, kelihatannya baru tumbuh. 

Pentilnya masih kecil. Manohara mengarahkan Gita melepas celana luar dan celana 

dalamku. Gerakannya agak kaku, malah terasa agak gemetar. penisku langsung tegak 

ketika celana dalamku diloloskan.
Manohara dengan bahasa setempat mengajari Gita memegang-megang penisku lalu 

disuruh mengocok pelan. Nikmat sekali rasanya meskipun genggamannya kecil. 

Manohara mengambil alih dan mengajari bagaimana melakukan oral terhadap penisku. 

Mulanya Gita menolak, kata dia jijik. Manohara lalu mencontohkan mengoralku. 

Manohara memang sudah piawai dengan hisapan dan jilatan. Gita diminta mengikuti 

apa yang baru saja dilakukan Manohara.
Dengan ragu-ragu mendekatkan kepalanya dan dia mulai menjulurkan lidahnya menjilat 

Bandar Blackjack Online Terpercaya - Dewagalau


penisku. Manohara setengah memaksa, sampai akhirnya Gita mau mengulum kepala 

penisku dan menjilati buah zakarnya. Tidak begitu nikmat rasanya, tetapi karena 

yang menjilat ini adalah anak yang belum punya pengalaman, aku merasakan sensasi 

yang luar biasa. Hampir setengah jam aku dioral, lalu Gita dibaringkan di 

sebelahku. Ia membuka dulu celananya, sehingga Gita dan Manohara sekarang sudah 

bugil. Belum ada bulu jembut dikemaluan Gita, tempeknya cembung dan belahannya 

rapat seperti tempek anak bayi.
Aku dipersilakan Manohara untuk mencumbu Gita. Aku bangkit dan mulai menciumi pipi 

Gita. Wajah Gita ketakutan. Kupegang, telapak tangannya dingin. Aku mencoba 

mengulum bibirnya. Manohara terus-menerus memberi instruksi bagaimana Gita harus 

membalas ciumanku. Meski kelihatan agak terpaksa, Gita membuka mulutnya dan 

menyambut uluran lidahku. Setelah kurasa cukup mengulum bibirnya. Ciumanku 

berpindah ke bagian telinga lalu turun ke leher.
Gita menggelinjang sambil mengatakan rasanya geli sekali. Sementara itu aku 

merabai tetek kecilnya yang masih sangat kenyal. Aku berhati-hati meremas, karena 

mungkin saja dia kesakitan kalau aku remas terlalu keras. Aku menjilati kedua 

puting susunya yang mengeras, dan masih sangat kecil. Gita tertawa sambil menahan 

geli. Manohara memarahi Gita agar jangan ketawa dan harus menahan rasa gelinya. 

Gita terus saja menggelinjang-gelinjang menahan rasa geli dari jilatanku.
Aku mengindra bahwa nafas Gita mulai memburu dan terdengar detak jantungnya 

semakin cepat. Mungkin saja anak ini mulai terangsang, atau dia sedang merasakan 

ketakutan. Sambil kujilati teteknya aku meraba selangkangannya. Belahan tempeknya 

masih kering. Jika cewek dewasa, tanda di tempeknya yang masih kering itu berarti 

dia belum terangsang, tetapi bagi cewek bau kencur ini, aku belum punya 

pengalaman. Bisa saja dia sudah mulai terangsang, tetapi lendir vag|nanya belum 

berproduksi sempurna.
Atau memang dia belum terangsang sama sekali, karena tercekam rasa takut dan 

kegelian. Dari bagian teteknya aku turun menciumi gundukan tempeknya. Manohara 

membantuku melebarkan kakinya. Aku berpindah diantara kedua kakinya lalu 

menjulurkan lidahku ke belahan tempeknya. Gita menggelinjang-gelinjang sambil 

tertawa kegelian. Manohara memarahi Gita agar jangan tertawa. Gita beralasan dia 

tidak dapat menahan rasa geli. Aku menguak belahan tempeknya, Terlihat merah di 

dalamnya dan lubang vag|nanya sangat kecil.
Tampaknya satu jariku pun tidak muat ditusukkan ke lubang itu. Lipatan bibir 

dalamnya agak menonjol, sehingga ketika tempeknya tertutup lipatan kulit labia 

minoranya menyembul keluar. Belum ada kerutan di kulit labia minoranya. Aku mulai 

menjilati lipatan kulit tempek bagian dalam itu. Gita menggelinjang terus 

kegelian. Aku memaksa menjilatinya terus, tanpa menyentuh bagian clitorisnya. Aku 

sadar kalau dia belum terangsang maka rasa geli dan ngilu tidak akan mampu dia 

tahan.
Setelah Gita agak tenang dan tidak bergerak-gerak lagi, lidahku baru mulai 

menggapai kulit penutup clitorisnya. Gita menggelinjang setiap kali lidahku 

menyentuh kulit penutup clitoris itu. Dia menggelinjang-gelinjang terus. Namun 

dari perasaanku mengatakan bahwa gelinjang nya kali ini karena rangsangan. Lidahku 

mulai mencari ujung clitorisnya. Agak terasa mengeras daging seperti daging 

tumbuh. Gita mulai memasuki gelombang rangsangannya sehingga secara tidak sadar 

dia merengek-rengek nikmat.
Aku meraba lubang tempeknya mulai terasa berlendir. Cukup lama juga aku mengoral 

Gita, sampai aku pegal, tetapi dia tidak bisa mencapai orgasme. Karena bosan 

akhirnya aku bangkit dan melanjutkan episode berikutnya memerawaninya. Sebelum 

penisku ku tusukkan Manohara mengalasi bagian bawah tempek Gita dengan kain batik. 

Mungkin Manohara menghindarkan spreinya terkena darah perawan. Aku melumuri 

penisku dengan ludah sebanyak-banyaknya dan juga lubang tempek Gita.
Dengan bantuan dan tuntunan Manohara penisku diarahkan ke lubang tempek Gita. Dia 

agak berjingkat ketika penisku mulai menusuk gerbang tempeknya. Gita mengeluh 

tempeknya perih. Manohara menginstruksikan Gita menahan sakit yang kata Manohara 

cuma sebentar. penisku pelan-pelan menikam lubang tempek Gita. Ketat sekali 

rasanya lubang tempek anak bau kencur ini. Meski penisku sudah di dalam lubang 

tempek, tetapi untuk memajukannya sulit sekali.
Aku mencoba menarik sedikit lalu menekan lagi demikian berkali-kali sampai kepala 

penisku masuk seluruhnya. Untuk masuk lebih jauh terasa halangan selaput daranya. 

Gita sudah bercucuran air mata dan dia kelihatannya menangis meski tanpa suara. 

Manohara mengusap-usap rambutnya sambil menghibur bahwa sakitnya cuma sebentar. “ 

Sebentar lagi kamu ngrasai enak, tahanlah,” begitulah kira-kira kata Manohara 

dalam bahasa lokal. Setelah agak lancar gerakanku, aku mulai menekan perlahan-

lahan dengan tenaga ekstra sampai terasa menjebol sesuatu di dalam rongga tempek 

itu.
Gita menjerit kesakitan. penisku langsung bisa maju terus sampai akhirnya tertelan 

tempek Gita seluruhnya. Aku menahan beberapa saat sampai Gita tenang dan berkurang 

rasa sakitnya. Setelah itu ketika aku melakukan gerakan menarik sedikit Gita 

kelihatan tegang dan merintih. Aku hunjamkan lagi begitu berkali-kali sampai dia 

tidak terlihat ekspresi kesakitan. Aku pun lantas melakukan gerakan lebih jauh 

maju mundur. Memang terasa sempit dan ketat sekali.
Maklumlah tempek anak kecil yang belum berkembang dipaksa menerima penis orang 

dewasa. Aku tidak mampu bertahan sehingga lepaslah spermaku di dalam tempeknya. 

Ketika kucabut penisku, terlihat ada guratan merah bercampur dengan sperma. Gita 

Bandar Qq Online Terpercaya - Dewagalau


terdiam pasrah, seperti orang pingsan. Manohara membantu membereskan bekas maniku 

dan membersihkan batang penisku dengan handuk basah. Dia juga membersihkan tempekk 

Gita yang ada lelehan maniku bercampur darah.
Sekitar satu jam kami bertiga istirahat berbaring. Aku dipinggir disebelahku Gita 

lalu Manohara. Kami bertiga bugil. Aku merasa canggung juga meminta Manohara ikut 

di dalam pertempuran ini. Perannya memang besar. Jika dia tidak memberi arahan, 

bisa-bisa aku gagal memerawani Gita. Untuk membalas jasanya aku bangkit dan 

langsung nyosor menindih Manohara. Manohara tidak siap dia terkejut. Dia mungkin 

sudah setengah tidur. Aku menciumi mulutnya menghisap kedua teteknya yang 

menggelembung dan menyedot-nyedot pentilnya.
Setelah dia terbakar birahinya aku mulai turun menjilati clitorisnya. Manohara 

tanpa malu-malu mengerang-ngerang nikmat. Dia kuoral sampai orgasme yang ditandai 

dengan jeritannya. Semua adegan itu disaksikan Gita sambil dia duduk bersila. Aku 

lalu menancapkan penisku yang sudah 75 persen mengeras. Aku genjot Manohara dengan 

posisi MOT. Bosan pada posisi itu kami ganti posisi Manohara diatas. Dia 

menggenjot penisku sampai dia mencapai orgasmenya dengan jeritan dan ambruk ke 

dadaku.
penisku masih menegang dan belum ada tanda-tanda mencapai puncaknya. Manohara 

kuminta nungging lalu aku menusuknya dari belakang. Manohara mengerang-negerang 

kembali sampai dia mendapat orgasme lagi. Lubang tempek Manohara sudah sangat 

licin sehingga aku mengambil handuk basah untuk membersihkan lendir dari penisku 

dan menyeka lendir dari tempek Manohara. Aku kembali mengambil posisi MOT, dengan 

berbagai gaya mulai dari kaki Manohara ditekuk sampai kakinya di letakkan di 

pundakku.
Hampir 45 menit aku menggenjot Manohara dengan berbagai gaya dan aku sudah merasa 

mulai lelah, maka aku berusaha berkosentrasi untuk mencapai puncak kenikmatan. 

Akhirnya sampai juga kenikmatanku dan aku benamkan sedalam-dalamnya penisku ke 

dalam tempek Manohara. Setelah beristirahat sebentar Manohara lalu keluar berbalut 

sarung bersama dengan Gita. Mereka kelihatannya menuju kamar mandi. Setelah mereka 

keluar, aku juga merasa agak sesak pipis, maka dengan hanya bersarung aku menuju 

kamar mandi satu-satunya dirumah itu. Aku mengetuknya dan Manohara membuka 

pintunya.
Manohara dan Gita sedang jongkok membersihkan tempeknya. Cerita sex asik di 

blogceritadewasa.info Manohara mengajari Gita berkumur dengan larutan penyegar dan 

membersihkan daerah kewanitaan dengan sabun khusus. Sementara itu aku ditelanjangi 

Manohara dan Gita disuruh menyabuni seluruh bagian kelaminku sampai bagian dubur. 

Kami bertiga keluar dari kamar mandi. Jam di dinding menunjukkan pukul 1 Gita 

hari. Perutku terasa lapar dan hal itu kusampaikan ke Manohara. Dia menawarkan 

membuatkan mi instan. Aku pun setuju. Dengan hanya berkemben sarung Manohara dan 

Gita mempersiapkan mi instan ditambah dengan telur.
Kami bertiga makan mi instan hangat. Lumayan kenyang juga. Aku lalu kembali ke 

kamar mandi mengosok gigi. Mereka berdua sudah berbaring di bed ketika aku masuk 

kamar. Aku disisakan tempat di tengah. Kami pun tidur bertiga sampai pagi. Pada 

pagi hari penisku masih bisa berdiri dan aku menggarap Gita. Dia tidak terlalu 

merasa sakit, tetapi di wajahnya terlihat masih ada trauma.
Aku akhirnya tinggal sebulan di rumah Manohara, mendapat 5 perawan dan setiap 

malam berganti-ganti pasangan. Aku senang dengan suasa desa itu. Aku sampai 

bercita-cita membeli sebidang tanah dan rumah serta sawah di kampung ini. Dari 

pengalamanku menjajal potensi desa ini aku mendapatkan kesimpulan bahwa wanita 

yang berkulit agak gelap, tetek tidak terlalu besar dan badannya terlihat kencang 

serta mukanya bersih dari jerawat, tempeknya rasanya sangat nikmat.
Sementara itu wanita yang teteknya gede alias Toge, hanya indah dipandang, tetapi 

tempeknya kurang nikmat dan permianannya di ranjang kurang agresif. Aku sering ke 

desa ini menghabiskan liburanku. Aku akhirnya dikenal luas di desa ini sampai ke 

aparat desa pun aku akrab. itulah cerita seks ku yang sangat kusukai sampai saat 

ini.

0 komentar:

Posting Komentar