Senin, 19 Oktober 2015

Cerita Hot Kisah Pembantu Rumah Tangga

Cerita Hot Kisah Pembantu Rumah Tangga | Seo JudiKartu




Poeker Online Terpercaya - Dewagalau


Cerita Sex - Kisahku mungkin biasa saja, yakni tentang prt (pembantu rumah tangga) yang 

diperkosa majikannya. Memang tidak ada yang istimewa kalau cuma kejadian semacam 

itu, namun yang membuat kisahku unik adalah karena aku tidak hanya diperkosa 

majikanku sekali. Namun, setiap kali ganti majikan hingga tiga kali aku selalu 

mengalami perkosaan. Baik itu perkosaan kasar maupun halus. Aku akan menceritakan 

kisahku itu setiap majikan dalam satu cerita.

Begini kisahku dengan majikan pertama yang kubaca lowongannya di koran. Dia 

mencari prt untuk mengurus rumah kontrakannya karena ia sibuk bekerja. Aku wajib 

membersihkan rumah, memasak, mencuci, belanja dll, pokoknya seluruh pekerjaan 

rumah tangga. Untungnya aku menguasai semuanya sehingga tidak menyulitkan. Apalagi 

gajinya lumayan besar plus aku bebas makan, minum serta berobat kalau sakit.

Manajer sekitar 35 tahunan itu bernama Pak S, asal Medan dan sedang ditugasi di 

kotaku membangun suatu pabrik. Mungkin sekitar 2 tahun baru proyek itu selesai dan 

selama itu ia mendapat fasilitas rumah kontrakan. Ia sendirian. Istri dan anaknya 

tak dibawa serta karena takut mengganggu sekolahnya kalau berpindah-pindah.

Sebagai wanita Jawa berusia 25 tahun mula-mula aku agak takut menghadapi kekasaran 

orang etnis itu, namun setelah beberapa minggu akupun terbiasa dengan logat 

kerasnya. Pertama dulu memang kukira ia marah, namun sekarang aku tahu bahwa kalau 

ia bersuara keras memang sudah pembawaan. Kadang ia bekerja sampai malam. 

Sedangkan kebiasaanku setiap petang adalah menunggunya setelah menyiapkan makan 

malam. Sambil menunggu, aku nonton TV di ruang tengah, sambil duduk di hamparan 

permadani lebar di situ. Begitu suara mobilnya terdengar, aku bergegas membuka 

pintu pagar dan garasi dan menutupnya lagi setelah ia masuk.

“Tolong siapkan air panas, Yem,” suruhnya suatu petang, “Aku kurang enak badan.” 

Akupun bergegas menjerang air dan menyiapkan bak kecil di kamar mandi di kamarnya. 

Kulihat ia menjatuhkan diri di kasurnya tanpa melepas sepatunya. Setelah mengisi 

bak air dengan air secukupnya aku berbalik keluar. Tapi melihat Pak Siregar masih 

tiduran tanpa melepas sepatu, akupun berinisiatif.

“Sepatunya dilepas ya, pak,” kataku sambil menjangkau sepatunya.

“Heeh,” sahutnya mengiyakan. Kulepas sepatu dan kaos kakinya lalu kuletakkan di 

bawah ranjang.

“Tubuh bapak panas sekali ya?” tanyaku karena merasakan hawa panas keluar dari 

tubuhnya. “Bapak masuk angin, mau saya keroki?” tawarku sebagaimana aku sering 

lakukan di dalam keluargaku bila ada yang masuk angin.

“Keroki bagaimana, Yem?” Baru kuingat bahwa ia bukan orang Jawa dan tidak tahu apa 

itu kerokan. Maka sebisa mungkin kujelaskan.

“Coba saja, tapi kalau sakit aku tak mau,” katanya. Aku menyiapkan peralatan lalu 

menuangkan air panas ke bak mandi.

“Sekarang bapak cuci muka saja dengan air hangat, tidak usah mandi,” saranku. Dan 

Bandar Blackjack Online Terpercaya - Dewagalau


ia menurut. Kusiapkan handuk dan pakaiannya. Sementara ia di kamar mandi aku 

menata kasurnya untuk kerokan. Tak lama ia keluar kamar mandi tanpa baju dan hanya 

membalutkan handuknya di bagian bawah. Aku agak jengah. Sambil membaringkan diri 

di ranjang ia menyuruhku, “Tolong kau ambil handuk kecil lalu basahi dan seka 

badanku yang berkeringat ini.” Aku menurut. Kuambil washlap lalu kucelup ke sisa 

air hangat di kamar mandi, kemudian seperti memandikan bayi dadanya yang berbulu 

lebat kuseka, termasuk ketiak dan punggungnya sekalian.

“Bapak mau makan dulu?” tanyaku.

“Tak usahlah. Kepala pusing gini mana ada nafsu makan?” jawabnya dengan logat 

daerah, “Cepat kerokin aja, lalu aku mau tidur.”

Maka ia kusuruh tengkurap lalu mulai kuborehi punggungnya dengan minyak kelapa 

campur minyak kayu putih. Dengan hati-hati kukerok dengan uang logam lima puluhan 

yang halus. Punggung itu terasa keras. Aku berusaha agar ia tidak merasa sakit. 

Sebentar saja warna merah sudah menggarisi punggungnya. Dua garis merah di tengah 

dan lainnya di sisi kanan.

“Kalau susah dari samping, kau naik sajalah ke atas ranjang, Yem,” katanya 

mengetahui posisiku mengerokku kurang enak. Ia lalu menggeser ke tengah ranjang.

“Maaf, pak,” akupun memberanikan diri naik ke ranjang, bersedeku di samping 

kanannya lalu berpindah ke kirinya setelah bagian kanan selesai.

“Sekarang dadanya, pak,” kataku. Lalu ia berguling membalik, entah sengaja entah 

tidak handuk yang membalut pahanya ternyata sudah kendor dan ketika ia membalik 

handuk itu terlepas, kontan nampaklah penisnya yang cukup besar. Aku jadi tergagap 

malu.

“Ups, maaf Yem,” katanya sambil membetulkan handuk menutupi kemaluannya itu. 

Sekedar ditutupkan saja, tidak diikat ke belakang. Sebagian pahanya yang berbulu 

nampak kekar.

“Eh, kamu belum pernah lihat barangnya laki-laki, Yem?”

“Bbb..belum, pak,” jawabku. Selama ini aku baru melihat punya adikku yang masih 

SD.

“Nanti kalau sudah kawin kamu pasti terbiasalah he he he..” guraunya. Aku tersipu 

malu sambil melanjutkan kerokanku di dadanya. Bulu-bulu dada yang tersentuh 

tanganku membuatku agak kikuk. Apalagi sekilas nampak Pak S malah menatap wajahku.

“Biasanya orang desa seusia kau sudah kawinlah. Kenapa kau belum?”

“Saya pingin kerja dulu, pak.”

“Kau tak ingin kawin?”

“Ingin sih pak, tapi nanti saja.”

“Kawin itu enak kali, Yem, ha ha ha.. Tak mau coba? Ha ha ha..” Wajahku pasti merah panas.

“Sudah selesai, pak,” kataku menyelesaikan kerokan terakhir di dadanya.

“Sabar dululah, Yem. Jangan buru-buru. Kerokanmu enak kali. Tolong kau ambil 

minyak gosok di mejaku itu lalu gosokin dadaku biar hangat,” pintanya. Aku 

menurut. Kuambil minyak gosok di meja lalu kembali naik ke ranjang memborehi 

dadanya.

Bandar Ceme Online Terpercaya - Dewagalau


“Perutnya juga, Yem,” pintanya lagi sambil sedikit memerosotkan handuk di bagian 

perutnya. Pelan kuborehkan minyak ke perutnya yang agak buncit itu. Handuknya 

nampak bergerak-gerak oleh benda di bawahnya, dan dari sela-selanya kulihat 

rambut-rambut hitam. Aku tak berani membayangkan benda di bawah handuk itu. Namun 

bayangan itu segera jadi kenyataan ketika tangan Pak S menangkap tanganku sambil 

berbisik, “Terus gosok sampai bawah, Yem,” dan menggeserkan tanganku terus ke 

bawah sampai handuknya ikut terdorong ke bawah. Nampaklah rambut-rambut hitam 

lebat itu, lalu.. tanganku dipaksa berhenti ketika mencapai zakarnya yang menegang.

“Jangan, pak,” tolakku halus.

“Tak apa, Yem. Kau hanya mengocok-ngocok saja..” Ia menggenggamkan penisnya ke 

tanganku dan menggerak-gerakkannya naik turun, seperti mengajarku bagaimana 

mengonaninya.

“Jangan, pak.. jangan..” protesku lemah. Tapi aku tak bisa beranjak dan hanya 

menuruti perlakuannya. Sampai aku mulai mahir mengocok sendiri.

“Na, gitu terus. Aku sudah lama tak ketemu istriku, Yem. Sudah tak tahan mau 

dikeluarin.. Kau harus bantu aku.. Kalau onani sendiri aku sudah sulit, Yem. Harus 

ada orang lain yang mengonani aku.. Tolong Yem, ya?” pintanya dengan halus. Aku 

jadi serba salah. Tapi tanganku yang menggenggam terus kugerakkan naik turun. 

Sekarang tangannya sudah berada di sisi kanan-kiri tubuhnya. Ia menikmati 

kocokanku sambil merem melek.

“Oh. Yem, nikmat kali kocokanmu.. Iya, pelan-pelan aja Yem. Tak perlu tergesa-

gesa.. oohh.. ugh..” Tiba-tiba tangan kanannya sudah menjangkau tetekku dan 

meremasnya. Aku kaget, “Jangan pak!” sambil berkelit dan menghentikan kocokan.

“Maaf, Yem. Aku benar-benar tak tahan. Biasanya aku langsung peluk istriku. Maaf 

ya Yem. Sekarang kau kocoklah lagi, aku tak nakal lagi..” Sambil tangannya 

membimbing tanganku kembali ke arah zakarnya. Aku beringsut mendekat kembali 

sambil takut-takut. Tapi ternyata ia memegang perkataannya. Tangannya tak nakal 

lagi dan hanya menikmati kocokanku.

Sampai pegal hampir 1/2 jam aku mengocok namun ia tak mau berhenti juga.

“Sudah ya, pak,” pintaku.

“Jangan dulu, Yem. Nantilah sampai keluar..”

“Keluar apanya, pak?” tanyaku polos.

“Masak kau belum tahu? Keluar spermanyalah.. Paling nggak lama lagi.. Tolong ya, 

Yem, biar aku cepat sehat lagi.. Besok kau boleh libur sehari dah..”

Ingin tahu bagaimana spermanya keluar, aku mengocoknya lebih deras lagi. Zakarnya 

semakin tegang dan merah berurat di sekelilingnya. Genggaman tanganku hampir tak 

muat. 15 menit kemudian.

“Ugh, lihat Yem, sudah mau keluar. Terus kocok, teruuss.. Ugh..” Tiba-tiba 

tubuhnya bergetar-getar dan.. jreet.. jret.. cret.. cret.. cairan putih susu 

kental muncrat dari ujung zakarnya ke atas sperti air muncrat. Aku mengocoknya 

terus karena zakar itu masih terus memuntahkan spermanya beberapa kali. Tanganku 

yang kena sperma tak kupedulikan. Aku ingin melihat bagaimana pria waktu keluar 

sperma. Setelah spermanya berhenti dan dia nampak loyo, aku segera ke kamar mandi 

mencuci tangan.

“Tolong cucikan burungku sekalian, Yem, pake washlap tadi..” katanya padaku. 

Lagi-lagi aku menurut. Kulap dengan air hangat zakar yang sudah tak tegang lagi 

itu serta sekitar selangkangannya yang basah kena sperma..

“Sudah ya pak. Sekarang bapak tidur saja, biar sehat,” kataku sambil menyelimuti 

tubuh telanjangnya. Ia tak menjawab hanya memejamkan matanya dan sebentar kemudian 

dengkur halusnya terdengar. Perlahan kutinggalkan kamarnya setelah mematikan 

lampu. Malam itu aku jadi sulit tidur ingat pengalaman mengonani Pak S tadi. Ini 

benar-benar pengalaman pertamaku. Untung ia tidak memperkosaku, pikirku.

Namun hari-hari berikut, kegiatan tadi jadi semacam acara rutin kami. Paling tidak 

seminggu dua kali pasti terjadi aku disuruh mengocoknya. Lama-lama akupun jadi 

terbiasa. Toh selama ini tak pernah terjadi perkosaan atas vaginaku. Namun yang 

terjadi kemudian malah perkosaan atas mulutku. Ya, setelah tanganku tak lagi 

memuaskan, Pak S mulai memintaku mengonani dengan mulutku. Mula-mula aku jelas 

menolak karena jijik. Tapi ia setengah memaksa dengan menjambak rambutku dan 

mengarahkan mulutku ke penisnya.

“Cobalah, Yem. Tak apa-apa.. Jilat-jilat aja dulu. Sudah itu baru kamu mulai kulum 

lalu isep-isep. Kalau sudah terbiasa baru keluar masukkan di mulutmu sampai 

spermanya keluar. Nanti aku bilang kalau mau keluar..” Awalnya memang ia menepati, 

setiap hendak keluar ia ngomong lalu cepat-cepat kulepaskan mulutku dari penisnya 

sehingga spermanya menyemprot di luar mulut. Namun setelah berlangsung 2-3 minggu, 

suatu saat ia sengaja tidak ngomong, malah menekan kepalaku lalu menyemprotkan 

spermanya banyak-banyak di mulutku sampai aku muntah-muntah. Hueekk..! Jijik 

sekali rasanya ketika cairan kental putih asin agak amis itu menyemprot 

tenggorokanku. Ia memang minta maaf karena hal ini, tapi aku sempat mogok beberapa 

hari dan tak mau mengoralnya lagi karena marah. Namun hatiku jadi tak tega ketika 

ia dengan memelas memintaku mengoralnya lagi karena sudah beberapa bulan ini tak 

sempat pulang menjenguk istrinya. Anehnya, ketika setiap hendak keluar sperma ia 

ngomong, aku justru tidak melepaskan zakarnya dari kulumanku dan menerima 

semprotan sperma itu. Lama-lama ternyata tidak menjijikkan lagi.

Demikianlah akhirnya aku semakin lihai mengoralnya. Sudah tak terhitung berapa 

Bandar Qq Online Terpercaya - Dewagalau


banyak spermanya kutelan, memasuki perutku tanpa kurasakan lagi. Asin-asin kental 

seperti fla agar-agar. Akibat lain, aku semakin terbiasa tidur dipeluk Pak S. 

Bagaimana lagi, setelah capai mengoralnya aku jadi enggan turun dari ranjangnya 

untuk kembali ke kamarku. Mataku pasti lalu mengantuk, dan lagi, toh ia tak akan 

memperkosaku. Maka begitu acara oral selesai kami tidur berdampingan. Ia 

telanjang, aku pakai daster, dan kami tidur dalam satu selimut. Tangannya yang 

kekar memelukku. Mula-mula aku takut juga tapi lama-lama tangan itu seperti 

melindungiku juga. Sehingga kubiarkan ketika memelukku, bahkan akhir-akhir ini 

mulai meremasi tetek atau pantatku, sementara bibirnya menciumku. Sampai sebatas 

itu aku tak menolak, malah agak menikmati ketika ia menelentangkan tubuhku dan 

menindih dengan tubuh bugilnya.

“Oh, Yem.. Aku nggak tahan, Yem.. buka dastermu ya?” pintanya suatu malam ketika tubuhnya di atasku.

“Jangan pak,” tolakku halus.

“Kamu pakai beha dan CD saja, Yem, gak bakal hamil. Rasanya pasti lebih nikmat..” 

rayunya sambil tangannya mulai mengkat dasterku ke atas.

“Jangan pak, nanti keterusan saya yang celaka. Begini saja sudah cukup pak..” 

rengekku.
“Coba dulu semalam ini saja, Yem, kalau tidak nikmat besok tidak diulang lagi..” 

bujuknya sambil meneruskan menarik dasterku ke atas dan terus ke atas sampai 

melewati kepalaku sebelum aku sempat menolak lagi.

“Woow, tubuhmu bagus, Yem,” pujinya melihat tubuh coklatku dengan beha nomor 36.

“Malu ah, Pak kalau diliatin terus,” kataku manja sambil menutup dengan selimut. 

Tapi sebelum selimut menutup tubuhku, Pak S sudah lebih dulu masuk ke dalam 

selimut itu lalu kembali menunggangi tubuhku. Bibirku langsung diserbunya. Lidahku 

dihisap, lama-lama akupun ikut membalasnya. Usai saling isep lidah. Lidahnya mulai 

menuruni leherku. Aku menggelinjang geli. Lebih lagi sewaktu lidahnya menjilat-

jilat pangkal payudaraku sampai ke sela-sela tetekku hingga mendadak seperti gemas 

ia mengulum ujung behaku dan mengenyut-ngenyutnya bergantian kiri-kanan. Spontan 

aku merasakan sensasi rasa yang luar biasa nikmat. Refleks tanganku memeluk 

kepalanya. Sementara di bagian bawah aku merasa pahanya menyibakkan pahaku dan 

menekankan zakarnya tepat di atas CD-ku.

“Ugh.. aduuh.. nikmat sekali,” aku bergumam sambil menggelinjang menikmati 

cumbuannya. Aku terlena dan entah kapan dilepasnya tahu-tahu payudaraku sudah tak 

berbeha lagi. Pak S asyik mengenyut-ngenyut putingku sambil menggenjot-genjotkan 

zakarnya di atas CD-ku.

“Jangan buka CD saya, pak,” tolakku ketika merasakan tangannya sudah beraksi 

memasuki CDku dan hendak menariknya ke bawah. Ia urungkan niatnya tapi tetap saja 

dua belah tangannya parkir di pantatku dan meremas-remasnya. Aku merinding dan 

meremang dalam posisi kritis tapi nikmat ini. Tubuh kekar Pak S benar-benar 

mendesak-desak syahwatku.

Jadilah semalaman itu kami tak tidur. Sibuk bergelut dan bila sudah tak tahan Pak 

Siregar meminta aku mengoralnya. Hampir subuh ketika kami kecapaian dan tidur 

berpelukan dengan tubuh bugil kecuali aku pakai CD. Aku harus mampu bertahan, 

tekadku. Pak S boleh melakukan apa saja pada tubuhku kecuali memerawaniku.

Tapi tekad tinggal tekad. Setelah tiga hari kami bersetubuh dengan cara itu, pada 

malam keempat Pak S mengeluarkan jurusnya yang lebih hebat dengan menjilati 

seputar vaginaku meskipun masih ber-CD. Aku berkelojotan nikmat dan tak mampu 

menolak lagi ketika ia perlahan-lahan menggulung CD ku ke bawah dan melepas dari 

batang kakiku. Lidahnya menelusupi lubang V-ku membuatku bergetar-getar dan 

akhirnya orgasme berulang-ulang. Menjelang orgasme yang kesekian kali, sekonyong-

konyong Pak Siregar menaikkan tubuhnya dan mengarahkan zakarnya ke lubang 

nikmatku. Aku yang masih belum sadar apa yang terjadi hanya merasakan lidahnya 

jadi bertambah panjang dan panjang sampai.. aduuhh.. menembus selaput daraku.

“Pak, jangan pak! Jangan!” Protesku sambil memukuli punggunya. Tetapi pria ini 

begitu kuat. Sekali genjot masuklah seluruh zakarnya. Menghunjam dalam dan sejurus 

kemudian aku merasa memiawku dipompanya cepat sekali. Keluar masuk naik turun, 

tubuhku sampai tergial-gial, terangkat naik turun di atas ranjang pegas itu. Air 

mataku yang bercampur dengan rasa nikmat di vagina sudah tak berarti. Akhirnya 

hilang sudah perawanku. Aku hanya bisa pasrah. Bahkan ikut menikmati persetubuhan 

itu.

Setelah kurenung-renungkan kemudian, ternyata selama ini aku telah diperkosa 

secara halus karena kebodohanku yang tidak menyadari muslihat lelaki. Sedikit demi 

sedikit aku digiring ke situasi dimana hubungan seks jadi tak sakral lagi, dan 

hanya mengejar kenikmatan demi kenikmatan. Hanya mencari orgasme dan ejakulasi, 

menebar air mani!

Bandar Poker Online Terpercaya - Dewagalau


Hampir dua tahun kami melakukannya setiap hari bisa dua atau tiga kali. Pak S 

benar-benar memanfaatkan tubuhku untuk menyalurkan kekuatan nafsu seksnya yang 

gila-gilaan, tak kenal lelah, pagi (bangun tidur), siang (kalau dia istirahat 

makan di rumah) sampai malam hari sebelum tidur (bisa semalam suntuk). Bahkan 

pernah ketika dia libur tiga hari, kami tidak beranjak dari ranjang kecuali untuk 

makan dan mandi. Aku digempur habis-habisan sampai tiga hari berikutnya tak bisa 

bangun karena rasa perih di V-ku. Aku diberinya pil kb supaya tidak hamil. Dan 

tentu saja banyak uang, cukup untuk menyekolahkan adik-adikku. Sampai akhirnya 

habislah proyeknya dan ia harus pulang ke kota asalnya. Aku tak mau dibawanya 

karena terlalu jauh dari orang tuaku. Ia janji akan tetap mengirimi aku uang, 

namun janji itu hanya ditepatinya beberapa bulan. Setelah itu berhenti sama sekali 

dan putuslah komunikasi kami. Rumahnya pun aku tak pernah tahu dan akupun kembali 

ke desa dengan hati masygul. Dan jangan lupa berikan komentar cerita dewasa | 

Cerita Hot Kisah Pembantu Rumah Tangga dibawah ini dengan akun facebook anda , 

pembaca yang baik harus kasi komentar . terima kasih

0 komentar:

Posting Komentar