Minggu, 29 November 2015

Cerita Sex : Sepongan Anak Kandungku Yang Luar Biasa

“Iya sayang. Sini cium dulu”
“Emuach muacch”
“Bye papah”

Kulihat putriku berpamitan dan mencium pipiku. Memasuki mobil dan melewati pagar rumah menuju sekolah. Terasa berbeda saat kecil dulu.

Benar-benar sudah besar putriku. Sudah sma sekarang. Oh.. Iya. Perkenalkan namaku Rudy, ayah dari putriku yang pamit. Umurnya masih 45 tahun. Aku adalah bisnis man yang sudah berkeluarga. Namun, istriku sudah meninggal karena penyakit kanker mendadak. Biasanya jika sedang pengen, aku menyewa wanita. Tapi tetap cinta pada istri dan putriku. Fisikku menonjol dan bertubuh gempal dengan otot di lengan.

Sekarang aku tinggal berdua dengan putriku. Putriku bernama Adinda. Panggil saja Dinda. umurnya 17 tahun dia sudah sma kelas 2. Dia sudah benar-benar besar sekarang. Tumbuh cantik dan semok.

Putriku memakai pakaian selalu sembarangan. Seperti saat tadi pamitan, seragam ketat dan rok spannya menunjukkan kemolekannya. Sungguh penampilan yang sangat nakal. Rambut cepol yang indah, kulit putih bersih, lekuk tubuhnya, dada yang sekal, kaki mulus, dan aroma tubuhnya. Itulah ia saat pergi ke sekolah. Jujur saja pemandangan itu membuatku ngaceng tadi. Dia pamit nunduk sehingga belahan dadanya jelas sekali terlihat.

Saat di rumah pun pakaiannya sembarangan. Mungkin ia berpikir rumah sepi tapi aku ayahnya, ayah kandungnya. Gimana kalo aku nafsu sama dia. sadar rud dia anakmu . Penampilan sehari-harinya sering kujadikan tontonan. Bagaimana tidak gumpalan dada yang bergoyang dan lenggokan paha pantat semok yang sering dia tunjukkan.

Tapi, sepertinya dia cuek saja diperhatikan malah semakin mancing. Kehidupan di sekolahnya yang nakal tak bisa kubayangkan bersama teman lakinya. Benar-benar putriku ini sudah berubah menjadi jelita. Layaknya seorang pria, jika Dinda mendekat denganku gimana aku bisa tahan.

Dekat dengan tubuh cantik, putih, bening, mulus, semok, dan nakal. Dan biasanya setelah berdekatan dengannya biasanya kuakhiri dengan senam 5 jari dengan sabun di kamar mandi. Kukocok kontolku sambil membayangkan setiap godaan yang ia berikan. Aku membayangkan dikocok oleh tangan putriku ohh… Tangan lentik mulus itu dikocok saja pasti enak banget. Hingga impianku terwujud…

Sore itu, di hari yang sama aku sedang santai di sofa empukku. Pikiranku sangat suntuk dan pusing. Aku jadi mengantuk. Tapi tiba-tiba suara mobil datang di garasiku.

Aku langsung mengeceknya. Sebuah mobil mercy milikku parkir dan Adinda cantik jelita keluar dari mobil itu. Dengan manis ia melenggak-lenggok seksi menuju ke arahku.

“Aku pulang pah” ujarnya halus

“Eh Dinda, cantik banget kamu hari ini”

“Bisa aja papah”

“Aku masuk ya pah”

Dinda masuk dan pergi ke kamarnya. Kembali dengan dada yang lompat-lompat kulihat. Ugh ngaceng lagi aku bisa bahaya. Penisku kembali ngaceng melihat seragam mininya. Aku takut pikiranku khilaf, akupun balik ke sofa nonton tv lagi.

Saat menonton tv,

Jklek…. Kriett pintu kamar Dinda terbuka.

Kulihat Dinda dari kejauhan. Dia sudah mengganti bajunya.

Dari sana muncul putri manisku dengan baju yang sama setiap hari. Tanktop tipis yang sekarang warna pink dan Hotpants jeans cerah yang ketat. Sekarang aku tidak bisa mengalihkan pandanganku. Otongku sudah berontak ingin dikeluarkan. Toket kenyal itu seperti menantangku. Paha putih mulusnya membuat aku ingin menggesekkan penisku disana.

Ahh… Dinda ditambah wajah cantiknya. Aku ingin sekali crot di muka manisnya dan memfacial lalu memberi tahu bahwa ia cantik sekali. Pipi tembem dan bibir tipis seksi. Pemandangan di depanku membuat aku bengong dan tak sadar Dinda menyadarinya.

“Pah, kok bengong? Liatin apa hayo?” Aduh dia malah menggodaku.

Tahu bahwa penisku sudah ngaceng apa dia mau bertanggung jawab membuatku crot nanti?

Dia bolak-balik ke sana kemari di depanku seolah ingin menggodaku. Tentu saja aku memperhatikannya dan otongku sudah semakin berontak melihat tingkahnya

“Kamu tuh ya udah tumbuh jadi cantik jelita. Nafsuin papah” kacau juga omonganku langsung melantur.

“Iya dong kan gak selamanya kecil” dia menggodaku lagi dan berjalan ke arah sofa yang kududuki dan duduk di sampingku.

Aroma itu lagi, aduh harum banget Din kaya bau memek. Bisa ngaceng berat aku sama anak sma.

“Papah nafsu sama aku? Emang Dinda kenapa sih pah kok bisa nafsu” dia merayuku lebih dan lebih lagi.
Sekarang aku benar-benar ingin menerkamnya. Seolah memancing aku menjawab saja terus terang.

“Itu loh dibawah muka cantik jelita kamu” kubilang sambil menunjukkan ke arah payudaranya.
“Yang mana pah? Ini?” Dinda menjawab dengan kepala mendongak ke atas menunjukan lehernya.

Dengan begini saja kelihatan kulit halusnya di leher. Juga menampakan dadanya lebih luas. Tentu aku bengong.

“Pah, kok bengong sih? Yang ini bukan?” Dinda melambaikan tangan di depan mataku. Aku tersadar dan menjawab

“Eh.. Dinda nafsuin banget baru kayak gitu.” Kujawab dengan lantang karena telah dipancing olehnya

“Jadi yang mana pah?” Dia menyilangkan tangan di dada dan muka sok imut penasaran.

Duh tau rasa kamu Dinda kalo papah crot di mukamu

“Bawah leher kamu. Yang bulat bulat putih kenyal itu.” Kujawab

“Ohh ini pah. Papah mau nih.” Katanya sambil mengoyangkan payudaranya di depanku.

“Eh Dinda kamu kan anak papah” aku terbata-bata pura2 menolak padahal mau.

“Udah pah sini aku jepit muka papah di teteku mau?” Kata Dinda menekan payudaranya saling mendekat.

“Kasian loh pah yang dibawah udah pusing sinih keluarin sama aku” katanya menunjuk dan meletakkan tangan di atas kontolku sambil mengocok dari luar

Karena ulahnya tadi, Aku hanya bisa terdiam dan menikmati permainannya. Aku tidak bisa melawan nafsuku lagi. Dinda bersimpuh dan tersenyum. Ugh ekspresinya. Dia membuka retsleting celanaku pelan-pelan. Lalu membuka celana dalamku.

Melihatnya seperti itu aku membantunya. Tuing… Kontolku melompat keluar di depan mukanya. Dia kaget karena tiba2 melompat. Lalu melihat ukurannya dan bingung. Kepala penisku yang sudah ngaceng berat dilihatnya baik2 dan menatap seluruh sisinya. Dia tampak kebingungan dan bertanya.

“Ini kemaluan laki2 pah? Tanyanya

“Sshh.. Iya sayang” aku mendesah kenikmatan baru dipegang saja

“Gede banget pah, aku takut.” Dinda dengan muka menggemaskannya membuatku nggak tahan.

“Papah genit ya masa mau kontolin aku pake titit besar papah” Katanya sambil memegang belom dikocok. Akhh…. Nikmatnya kulit anakku dan jari lentiknya

“Ah.. Dinda jangan gitu dong nanti ayah crot nih” kujawab sambil berdiri

Sekarang aku mengontoli anakku. Kukena2kan kontolku di mukanya dan menggeseknya. Rasanya nikmat sekali. Itu aku belom dikocok sama sekali sudah ingin crot.

“Pah, duduk lagi deh aku mau ngukur adek kecil ini.” Dinda menyuruhku duduk. Ia kembali bersimpuh.

Apa yang dia lakukan? Dinda menaruh penisku di samping wajah mulusnya. Penisku hampir sama panjang dengan wajahnya. Wajahnya halus sekali pipi tembem membuat penisku berkedut dan ingin keluar.

Ditambah senyum manisnya. Ukhh… Sebentar lagi aku keluar. Anak sma dapat membuatku keluar cepat. Dasar anak sma jaman sekarang nafsuin banget.

Melihat kontolku yang sudah berkedut dia langsung memgang kontolku dan mengocoknya.

“Dinda kocok yah” katanya sambil mengocok. Nikmatnya Dinda. Rasanya seperti terbang ke langit. Jari lentiknya benar-benar mengocok penisku kali ini.

Sungguh nikmat sekali jarinya. Dia mengelus pelan dan membelai membuatku menggelinjang hebat keenakan. Kalau terus seperti ini aku bisa cepat keluar. Ah.. Aku ingin keluar

“Aahhh… Dinda udahan dong ah papa mau keluar inih” kataku meracau karena kenikmatan kocokannya.

Dia belum sama sekali memainkan mulutnya aku sudah ingin keluar.

“Papa gitu aja masa udah keluar” katanya mengeluh menambah gemas.

“Ahh… Dinda mukamu cantik dan manis sekali. Papa keluar sayang.” Kataku ingin keluar. Dan ohh yess….

“Pah jangan keluar dulu” kata Dinda. Apa boleh buat. Sperma ku sudah siap mengguyur mukanya tanpa berhasil ia hindari.

Crrrrotttt…crrrotttt….crottt…..

Penisku berkedut dan menembakan peju tepat di mukanya. 6 tembakan telak di wajah cantiknya. Aku memfacial anakku sendiri.

Rasanya sangat lega karena akhirnya aku mewujudkan impian crot di wajah mulusnya dan memberikan facial awet muda gratis. Sejauh ini semprotan yang tadi adalah semprotan terdahsyatku.

“Ah… Papah.. Liat nih mukaku penuh peju. Papah nyemprot banyak banget lengket nih pah.” Teriaknya mengeluh menambah kecantikannya.

“Aku belum masukin kontol papa di mulut aku masa udah keluar aja.” Katanya sambil menunjuk mulutnya.

“Kamu hebat sayang. Bikin crot papah cuma dengan muka dan tangan tanpa toket besarmu dan mulutmu.” Aku memujinya. Memang ia membuatku crot tanpa toket dan asetnya.

Baru pertama kali ini aku hanya dikocok udah crot seperti ini. Tanpa pertunjukan apapun dari keduanya. Aku tidak bisa membayangkan jika asetnya bermain denganku pasti enaknya bukan main.

“Gimana pah sudah puas kan dedek kecilnya?” Tanyanya sambil memegang penisku. Masih saja menggodaku setelah aku crot.

“Udah ya sayang lemas nih papah, besok lanjutkan papa titfuck habis kamu.” Kataku menghukumnya.

“Papa ngomongin titfuck, dikocok aja udah crot kelojotan” katanya meledek

“Ini kan karena ekspresi menggemaskanmu sama kulitmu yang halus.

Tangan kamu juga lentik Dinda makanya papah crot seperti ini.” Kataku beralasan

“Pah ambilin tissue” kata Dinda memotong

“Gausah anggep aja facial gratis dari papah. Awet mudah loh sayang tambah cantik.” Kataku meledeknya.

Bandar Blackjack Online Terpercaya - Dewagalau

“Ihh.. Sebel yaudah deh aku ke kamar yah pah” uh.. muka menggemaskannya sambil senyum2 lagi.
“Udah ya dedek tidur lagi besok main lagi sama Dinda.” Katanya sambil menunduk mengelus kemaluanku.

Ini seperti lampu hijau untukku. Apa ini berarti aku bisa meng-exe anakku. Putriku ini sudah bertumbuh menjadi sosok yang menggairahkan. Aku tak sabar memetik pertumbuhannya. Toket bulatnya selalu membayangi pikiranku.

Bagaimana jadinya jika dijepit disana. Tanpa toket dan vaginanya saja sudah crot. Berikutnya pasti akan ku hukum tetenya dengan memasukan kontol besarku di sela-selanya.

Setelah kejadian kemarin, aku semakin berani dengan putriku. Aku mulai berani onani di depannya. Sekarang putri cantikku sudah menjadi milikku sepenuhnya. Namun masih banyak fantasi yang belum terpenuhi dengannya.

Di pagi hari, seperti biasa ia bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Sekarang setiap pagi aku pergi ke kamarnya dan mengecupnya. Aku juga mendapatkan sedikit kocokan sebelum dia pergi.

“Papah udah dong Dinda mau berangkat nanti telat” katanya halus sambil menghentikan kecupanku
“Iya sayang, habis kamu manis banget sih” jawabku menghentikan apa yg kulakukan

“Yaudah berangkat gih hati2 di sekolah digodain cowok hidung belang” kataku menggoda
“Ih.. Nakal enggaklah pah emang papah”

Dinda masuk ke mobil dan menuju ke sekolah. Kembali lagi aku bosan dan menonton tv di sofa sambil menunggu kucuran uang. Bosan di rumah dan penat sudah kebiasaan sehari-hari. Aku sangat kesepian. Bahkan jika aku sangat bosan, aku nongkrong di kafe menunggu Dinda pulang.

Sore ini, Dinda akhirnya pulang. Seperti biasa masih tampak cantik dan manis setelah sekolah seharian. Dia menghampiriku dan memelukku. Nakal sekali dia sudah mulai berani.

“Papa.. Gimana di rumah? Bosen ya gaada aku?” Katanya menggodaku

“Iya sayang gaada yang bisa dimainin” kataku sekenanya sekalian membalas godaannya

“Yaudah ya pah aku masuk” Pantatnya melenggak-lenggok saat berjalan. Sungguh indahnya pantat itu.

Seperti kejadian kemarin, aku terkejut lagi melihat ia setelah berganti baju. Sekarang dia memakai kaos transparan dan hotpants ketat sehari-harinya.

Di balik kaos itu terlihat jelas bhnya yg tak mampu menahan toket indah itu. Paha mulusnya juga sama seperti kemarin sungguh putih mulus dan berukuran pas. Otongku berontak lagi kali ini.

“Hei sayang makin cantik aja nih” kataku

“Papa.. Genit ya” katanya menuju ruang makan mengambil makan siang

Aku menghampirinya dan menciumnya dari atas hingga lehernya. Kujelajahi bagian atas tubuhnya saat ia mengambil makan di meja.

“Ah.. Pah Dinda laper mau makan dulu lanjut nanti yah.” Senyum manisnya sungguh membekukanku.

Seketika aku tidak tahan. Aku langsung mengangkat tubuhnya dan meletakan di atas sofa.

“Nakal banget kamu.. Mau kena semprot pejuh papa ya? Senyumanmu itu bikin tambah keras” nafasku semakin memburu menandakan birahi yang tidak terkendali

“Papa lucu banget baru disenyumin udah diangkat ke sini” Dinda malah menggodaku lagi.

Langsung saja kukeluarkan penisku dan Tuing… Penisku keluar dengan bebasnya melompat di depan mukanya.

“Iih.. Papah udah nafsu banget yah sama Dinda? Lucu tuh nunjuk2 aku gemes aku ngeliatnya” katanya. What? Gemes? Ambil saja Dinda makan saja papa rela.
“Sekali keluar aja yah pah? Aku mau makan nih” katanya

Setelah itu dia langsung memegang kontolku. Tangan halusnya lagi-lagi tidak bisa kutahan rasa nikmatnya.

Dia kocok perlahan-lahan penisku. Wajah cantiknya menatapku sambil tersenyum. Ditambah pemandangan di bawah wajahnya yang belum pernah kucicipi. Dia mengocoknya dengan halus sekali. Membelainya dengan manis.

Aku semakin meracau dan tidak karuan. Dan tiba-tiba Dinda menawarkan sesuatu yang membuatku ingin meledak

“Pa, Mau gak penis papah aku sepongin? Aku masukin mulut pah?” Duarr! Seketika aku kaget mendengar pertanyaannya.

Tentu saja ya. Belaian tangannya aja sudah sehalus ini apalagi mulutnya. Aku langsung mengangguk tanda setuju.

“Oke pah siap2 ya.” Katanya membuatku penasaran.

Dan HAP penisku dilahap. Namun tidak semuanya karena tidak muat di mulut mungilnya. Rasanya tidak tergambarkan. Penisku semakin keras dan ingin keluar di dalemnya. Rasa mulutnya seperti memek. Sungguh mungil dan hangat sekali. Seperti disedot-sedot. Sungguh menggemaskan. Ditambah dengan muka manisnya yang senyum-senyum lagi padaku.

“Sshh yah begitu Dinda. Enak banget mulutmu kayak memek perawan. Ahh… Diurut-urut asiknya.” Kataku mengerang nikmat

Sekarang ia mengisap dan menyedotnya. Kini lebih nikmat lagi. Penisku benar-benar seperti diurut dalam kehangatan. Dia memaju mundurkan mulutnya ke kontolku. Melumat halus kontolku. Sungguh aku sangat keenakan saat itu.

Tubuhku sampai menggelinjang. Setelah itu, dia menyedot kontolku sampai ke bagian tenggorokannya. Lebih dan lebih enak lagi kurasakan tambah hangat. Mukanya yang sengsara itu menggemaskan sekali. Aku mencubit muka mulus itu sambil mencium.

Tak lama setelah itu, aku ingin keluar. Wajar saja mulutnya yg seksi ditambah sempitnya membuatku tak tahan. Urutan di kontolku, kehangatan yang diberikan, dan kelunakan mulutnya membuatku berada di titik puncak kenikmatan. Ahh.. Aku ingin crot..

“Dinda terusin Dinda papa bentar lagi keluar. Papa keluarin di mulut yah.” Kataku.

Dinda masih mengocoknya

“Hkggkkh kghhkhhkk.” Katanya tidak jelas karena tersumpel kontolku. Ternyata ia menolak dan menarik kepalanya. Tapi apa boleh buat spermaku sudah di ujung. Dan langsung menyembur
Crott…crrrroottt…crotttt…..crottt

Pejuhku menembak 6 kali di mulutnya. Bertubi- tubi mulutnya tersemprot pejuhku. Sejauh ini tembakan terbanyakku. Pejuhku menyemprot hingga ke sofa. Dia hanya bisa bersabar menunggu. Wajah cantiknya masih menghiasi.

Lalu selesailah penisku menyemprotnya dan ia langsung mengeluh manja padaku. Dia muntahksn seluruh air mani yang kusemprotkan

“Iihhh… Papa apa2an sih. Jorok tau aku kan pengen makan. Keenakan sih papahnya.

Banyak banget nih lengket2 jijik.” Katanya manja. Ekspresinya itu sungguh menenangkan. Dengan santai aku menjawab.

“Kamunya sih cantik banget. Mulutnya kayak memek perawan bikin crot.” Kataku

“Ihh nakal kan aku kan anak papa” kata Dinda

“Udah puas papa? Udah kan? Sekarang aku mau makan. Udah ya dedek kecil Dinda nya mau makan” sambungnya sambil membelai halus penisku dan memasukan ke dalam celananya.

Dia langsung menuju kamar mandi dan menyikat gigi. Karena ia ingin makan. Keluar dari kamar mandi seperti biasa. Seperti melihat pemandangan. Aset depan belakangny sangat menonjol.

“Pah kok bengong? Udah. Dinda pengen makan” katanya centil merayuku.

“Ehh enak aja siapa juga yang bengong” kataku pura2 jual mahal.

Pantatnya lagi-lagi melenggak-lenggok saat dia meninggalkanku. Aku bengong dan terbelalak melihat pantat itu saat ia berjalan. Dari depan ia tersenyum ke belakang ke arahku. Ugghff.. Tatapannya. Satu lagi impianku yang terwujud hari ini.

Disepongin oleh Dinda. Masih ada impian busuk seorang ayah milikku kepada seorang putri yang ingin aku wujudkan di hari yang akan datang. Sekali lagi, lampu hijau buatku.

0 komentar:

Posting Komentar